Pada bulan Oktober 2004, Caitya Dharma Graha mengalami musibah kebakaran sehingga tidak bisa dipergunakan untuk sementara waktu karena harus direnovasi. Selama renovasi yang memakan waktu enam bulan, kebaktian dialihkan sementara ke sebuah ruko di Pantai Indah Kapuk (PIK) yang dipinjamkan oleh Bapak Amin Limantoro.
Ketika renovasi Caitya Dharma Graha telah selesai, maka umat pun kembali kebaktian di Tiang Bendera. Rupanya selama kebaktian sementara di Pantai Indah Kapuk itu ada beberapa umat baru yang berasal dari PIK dan sekitarnya. Untuk menampung umat-umat baru tersebut, ada harapan agar ada vihara permanen di daerah PIK atau sekitarnya.
Dan gayung pun bersambut karena Bapak Anwar Tay menghibahkan sebidang tanah di Taman Grisenda, Jakarta Utara kepada Bhiksuni Guna Sasana yang kemudian dibangun vihara. Vihara tersebut diberi nama Vihara Dharmasagara Guna Grha. Nama “Dharmasagara” yang berarti “Lautan Dharma”diambil dari nama guru Bhiksuni Guna Sasana, yaitu Bhiksu Dharmasagaro Mahasthavira.
Maka, mulai tanggal 20 Januari 2007 diadakanlah kebaktian perdana yang berlangsung hingga saat ini.
Kebaktian Umum dan Sekolah Minggu diadakan bersamaan setiap hari Minggu pukul 10.00, namun ruangannya berbeda. Jam kebaktian yang dibikin bersamaan ini agar orangtua dan anak-anak datang bersama-sama ke vihara sehingga mempertebal ikatan kekeluargaan. Setiap akhir bulan diadakan ulang tahun bersama Sekolah Minggu.
Umat Vihara Dharmasagara Guna Grha tidak hanya berasal dari Grisenda dan PIK, namun juga dari Taman Palem, Cengkareng, dan sekitarnya.
Selain kebaktian rutin, Vihara Dharmasagara Guna Grha juga mengadakan kegiatan pembinaan Dharma bagi para remaja yang bernama Dharma Widya sebanyak 2x dalam setahun. Kegiatan ini diadakan di vihara pada hari libur selama satu hari penuh dari pukul 7 pagi hingga 5 sore. Pesertanya bisa mencapai 80 orang, yaitu para pelajar SMP dan SMA.
Dalam pelatihan ini diajarkan tentang pengenalan Buddhisme Mahayana, ceramah, dan games. Isi ceramah tentang keyakinan, bakti, dan sila. Penyampaian materi menggunakan media-media yang menyesuaikan perkembangan zaman, dengan mengundang pembicara yang kompeten dan cocok bagi remaja.
Banyak peserta yang masih memiliki pemahaman yang salah tentang agama Buddha, sehingga pelatihan ini sangat berguna bagi mereka. Juga diajarkan pengenalan tentang ritual Mahayana. Kegiatan ini disambut baik sekali oleh sekolah-sekolah umum dimana muridnya banyak yang beragama Buddha.
Sejak tahun 2011, program Dharma Widya ini diadopsi oleh Sangha Mahayana Indonesia dengan nama yang sama dan diadakan setahun sekali selama tiga hari. Maka Vihara Dharmasagara Guna Grha pun tidak lagi mengadakan Dharma Widya.
Pembinaan sejak usia dini dilakukan dengan mengadakan program pelatihan diri bagi anak SD yang dinamakan Silasikha. Program ini diadakan di Samatha Meditation Center yang merupakan kegiatan gabungan dari semua vihara dan panti asuhan di bawah bimbingan Bhiksuni Guna Sasana bersama Bhiksuni Bhadra Loka dan upasaka-upasika yang tulus membantu.
Hari-hari besar Buddhis juga dirayakan oleh Vihara Dharmasagara Guna Grha, yaitu Tahun Baru Imlek, Waisak, dan Hari Ibu. Perayaan Waisak bersama yang diadakan secara bergiliran.
Vihara Dharmasagara Guna Grha juga aktif mengadakan kegiatan sosial. Baksos sembako diadakan di daerah-daerah sekitar vihara. Secara rutin juga diadakan fang shen (pelepasan satwa). Sedangkan pada saat Ulambana sekitar bulan Agustus-September diadakan baksos pembagian sembako serentak bersama dengan semua vihara dan panti di bawah bimbingan Bhiksuni Guna Sasana.
Taman Grisenda Blok A1/79,
Jl. Kapuk Raya,
Jakarta Utara