Usia senja adalah masa paling menakutkan karena menjelang gelap malam, menjelang akhir hidup. Tubuh sakit-sakitan, pikun, hingga terpinggirkan dari lingkungan sosial adalah sejumlah ‘bayangan’ yang selalu setia mengikuti usia senja.
Sebagai orang yang juga sudah memasuki usia lanjut, Bhikkhu Jayamedho mempunyai sejumlah tips agar bisa tetap hidup bahagia di usia senja. Di usianya yang kini menyentuh 75 tahun, Bhikkhu Jayamedho masih aktif terbang ke berbagai kota dalam dan luar negeri untuk menyebarkan Dhamma.
“Saya ini bhikkhu TOP. Tua-Ompong-Peot,” kelakar Bhikkhu Jayamedho dalam sebuah Dharma talk di Restoran Queen Palace, Jakarta pada Minggu (25/9). Dharma talk tersebut digelar oleh Vihara Guna Dharma pimpinan Bhiksuni Guna Sasana.
Bhante Jayamedho menganjurkan agar para kaum lanjut usia rajin mengonsumsi dua macam JAMU. Jamu apakah itu?
Pertama, JAMU (jaga mulut) dalam makanan. Ini berkaitan dengan apa yang masuk ke dalam tubuh kita. Agar kesehatan tetap terjaga harus mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, hindari gorengan atau makanan yang mengandung minyak lainnya.
“Biasanya makanan yang paling sederhana adalah yang paling menyehatkan, sebaliknya makanan yang paling enak adalah makanan yang paling tidak sehat,” jelas Bhante. Selain makanan, Bhante Jayamedho sendiri juga mengonsumsi berbagai macam suplemen. Dalam sehari, ia bisa menghabiskan sampai lima macam suplemen.
Kedua, JAMU (jaga mulut) dalam ucapan. Ini berkaitan dengan apa yang keluar dari tubuh kita. Bhante Jayamedho menyentil kebiasaan orang-orang tua yang selalu merasa paling benar dan menganggap anak-anaknya walaupun sudah berumur dewasa sekalipun, tetap dianggap seperti anak kecil.
“Dialog paling bagus bagi orang tua adalah kuping dua mulut satu. Perhatikan baik-baik kalau ada orang lain bicara. Jangan dibiasakan untuk selalu menimpali,” pesan Bhante.
Ia juga menyarankan orang tua jangan terbiasa bicara dengan sesama orang tua, karena akan tidak nyambung. Masing-masing hanya akan bercerita tentang anak atau cucu masing-masing tanpa mau mendengarkan cerita lawan bicaranya. Bhante menyarankan agar orang tua lebih banyak berbicara dengan orang muda agar saling melengkapi.
Tentang ucapan, Bhante menyoroti maraknya penggunaan gadget saat ini membuat banyak orang jadi lebih gampang mengabaikan sila keempat Pancasila Buddhis, yaitu menjaga diri dari mengucapkan kata-kata yang tidak benar. Mudahnya ‘berucap’ yang hanya tinggal klik terutama melalui pesan instan atau social media menyebabkan banyak orang yang begitu mudahnya mem-broadcast informasi hoax, menakut-nakuti, atau fitnah tanpa disaring terlebih dahulu kebenarannya. Menurutnya, informasi tersebut memang bukan keluar melalui mulut kita, tapi informasi keluar dari kita.
“Suhu mengajarkan bangun tidur memilin mala (tasbih), tapi sekarang bangun tidur memilin (scroll) layar HP,” sentil Bhante.
Bhante menyebut ada 4 sehat yang harus dimiliki orang usia lanjut, yaitu: (1) sehat fisik, (2) sehat mental, (3) sehat sosial, dan (4) sehat spiritual. Sehat fisik diupayakan dengan makanan yang bergizi, minum suplemen, dan olahraga ringan. Sehat fisik diupayakan dengan cara selalu mengasah kemampuan berpikir, salah satunya dengan mengisi TTS. Sehat sosial diupayakan dengan cara banyak bergaul. Dan sehat spiritual diupayakan dengan belajar dan mempraktikkan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari.
Bhante Jayamedho mengibaratkan Dhamma seperti aplikasi GPS. “Buddha adalah pembuat aplikasi GPS, Dhamma adalah aplikasi GPS, dan Sangha adalah orang yang telah menjalankan apikasi GPS dengan benar dan telah sampai tujuan,” Bhante memberi perumpamaan.
Jika seseorang semakin menyeleweng dari GPS (Dhamma) maka ia akan makin tersesat. Namun jika menjalankan Dhamma, hidup akan penuh dengan senyum dan membawa terang pada saat menuju malam (meninggal dunia).
Write a comment